IPB dan UI


Rektorat IPB
Rektorat UI

Tulisan berikut sebenarnya bukanlah hasil penelitian ataupun survey ilmiah yang saya lakukan untuk kepentingan akademis ataupun promosi, melainkan hanya pengamatan kontinu yang saya lakukan dibantu oleh beberapa responden dari kedua perguruan tinggi tersebut.

Ketertarikan saya untuk mengambil topik di atas karena beberapa hal:

  1. Secara historis IPB dan UI berada dalam satu embrio yang sama, lebih tepatnya IPB lahir dari pemekaran fakultas pertanian UI, yang pada saat ini kedua perguruan tinggi tersebut telah berada pada kasta yang sama dengan berbagai persamaan baik visi, misi maupun basis keilmuan.

  2. Kedua perguruan tingi ini berada di lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga memudahkan saya untuk melakukan pengamatan dan perbandingan.

Aktifitas di hari Sabtu

Ini adalah tema pengamatan pertama saya di kedua perguruan tinggi ini. Di IPB sendiri, pada hari sabtu kampus masih cukup ramai meskipun tidak ada perkuliahan pada hari tersebut. Hal ini sebagian besar diisi oleh para mahasiswa yang sedang melakukan selancar internet di titik-titik wifi yang tersebar luas di IPB. Mahasiswa-mahasiswa dengan laptop yang bertebaran di teras-teras semua fakultas di IPB adalah pemandangan yang sudah sangat biasa di IPB. Sehingga kata segelintir mahasiswa, laptop di IPB sudah seperti kacang goreng..Sebuah pernyataan yang kontroversi.

Sementara di UI, beberapa kali saya datang dan berkunjung ke sana pada hari Sabtu, saya lihat kampus terasa begitu sepi. Hanya satpam, petugas kebersihan serta sedikit mahasiswa yang berada di sana. Pemandangan rutin yang sering saya temui di IPB, ternyata tidak saya temui di sini. Seingat saya, selama saya mengelilingi setiap sudut UI pada hari tersebut dan beberapa hari yang sama, hanya ada 3-5 orang yang duduk manis di teras dan menyalakan laptop mereka untuk berselancar internet. Barangkali terlalu terburu-buru rasanya jika kita mengatakan bahwa anak-anak UI tidak mampu membeli laptop namun ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi alasan kuat dari keadaan tersebut. Kita semua tahu bahwa UI berada dekat dengan ibu kota, dimana apapun yang anda cari dapat anda temukan di kota ini. Begitupun kebutuhan refreshing dan rekreasi, apakah itu mal, tempat hang out, club, dan sebagainya. Dan hari sabtu adalah hari yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa UI untuk melepaskan kepenatan sejenak dari hiruk pikuk kampus. Singkat kata, sepinya kampus UI pada hari sabtu tidak lain karena warga UI pada umumnya menghabiskan waktunya di Jakarta ataupun daerah sekitarnya. Berbeda dengan IPB, khususnya kampus pusat IPB Darmaga yang sedikit jauh dari Jakarta. Objek wisata favorit di Bogorpun seperti puncak juga harus ditempuh dalam waktu 1 jam perjalanan. Sehingga ini menjadi alasan kuat kenapa mahasiswa pada hari sabtu memilih menghabiskan waktu di kampus. Apalagi wifi yang sudah tersebar luas di setiap sudut IPB dan gratis, menjadikan internet sebagai hiburan favorit mahasiswa IPB. Apalagi kampus IPB yang dikelilingi oleh 80% tempat tinggal mahasiswa menjadikannya sangat mudah untuk dijangkau kapan saja. Hal ini bertolak belakang dengan UI yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal mahasiswa, sehingga hal ini juga dapat dijadikan pembenaran kepada pada hari sabtu UI terlihat sepi.

Struktur Gedung

IPB dan UI sama-sama mempunya kampus yang luas dan sangat memadai, namun struktur kedua bangunan universitas ini sangat berbeda. IPB memiliki susunan gedung perkuliahan yang memanjang. Terdapat 4 cluster besar yang ada di IPB. Cluster Faperta (Faperta, MIPA, Fateta, FEMA) yang menjadi kluster terbesar di IPB, cluster FKH (FKH, Fapet, FPIK), cluster Rektorat (Rektorat dan FEM), dan cluster Fahutan. Empat cluster ini tersusun memanjang sehingga tidak heran ada mahasiswa yang hanya bertemu pada saat masa perkenalan di tahun pertama dan tidak bertemu lagi hingga lulus. Apalagi untuk mencapai cluster tersebut terdapat 3 pintu utama yakni berlin, gwawida dan pintu utama rektorat. Sehingga sangat kecil kemungkinan mahasiswa yang kuliah di gedung cluster FKH akan bertemu dengan mahasiswa yang kuliah di cluster Faperta atau Fahutan. Selain ruang kuliah, tempat pemusatan mahasiswa adalah kantin. Kantin-kantin di IPB berada di tempat yang terpisah-pisah sesuai dengan posisi cluster di atas. Lalu apa dampaknya? Ternyata hal sepele ini memiliki dampak psikis bagi mahasiswa terutama aspek sosialisasi. Jarangnya bertemu dengan banyak mahasiswa lain membuat jiwa individualis tumbuh subur di IPB, disamping juga karena mahasiswa di IPB pada umumnya bekerja di laboratorium yang membuat mereka semakin terisolasi dari pergaulan sosial. Hal ini memang tidak buruk bahkan sangat baik karena dengan jiwa tersebut mahasiswa menjadi pekerja yang tekun, teliti dan fokus. Sehingga setelah lulus pada umumnya mahasiswa IPB bekerja sebagai analist, konsultan, peneliti dan pekerja kantor dimana bidang pekerjaan ini memang bidang yang jarang bertemu dengan banyak orang.

Berbeda dengan IPB, UI memiliki gedung yang saling menyatu membentuk kelompok besar. Arti kata sangat mudah bagi mahasiswa FIB untuk mengunjungi FISIP ataupun mahasiswa Fasilkom untuk mengunjungi mahasiswa FE atau sebaliknya. Dan kemungkinan satu mahasiswa untuk sering bertemu dengan mahasiswa lain, bahkan dari fakultas lain, sangatlah besar. Begitu juga dengan susunan kantin yang ada di UI. Kantin-kantin yang ada di UI berada di tengah-tengah susunan gedung perkuliahan, bisa dikatakan bahwa kantin berada di poros kampus, terutama kantin FIB. Sehingga mahasiswa dari berbagai penjuru akan sering bertemu di kantin terbesar ini. Pindu akses ke dalam kampus juga hanya dua, yakni pintu akses stasiun yang juga menjadi pintu masuk paling ramai dilewati karena mengubunglan kampus dengan stasiun,pasar dan perumahan mahasiswa, dan pintu akses gerbang utama yang dilewati oleh bus kampus dan mobil pribadi. Kondisi seperti ini sangat mendukung sosialisasi antar mahasiswa sehingga jiwa individualis terhitung jarang pada mahasiswa UI. Koridor-koridor yang ada di UI pun berada pada jalur yang ramai oleh mahasiswa, otomatis siapapun yang melewati koridor tersebut akan melewati banyak orang. Hal ini secara tidak langsung telah memupuk rasa percaya diri dan berani tampil di depan umum. Hasilnya, tidak heran banyak mahasiswa UI yang setelah lulus malah terjun ke dunia yang berhubungan dengan banyak orang seperti model, penyanyi, politikus/pengurus partai,artis yang jauh sebanarnya jauh dari jurusan aslinya semasa di bangku kuliah.

Selain karena faktor-faktor di atas, ada faktor lain yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kenapa mahasiswa IPB yang individualis berbeda dengan mahasiswa UI yang sosialis. Individualis sangat indentik dengan karakter melankolis yang ciri-cirinya pendiam, tegas, lurus, tidak neko-neko dan dicirikan dengan warna biru. Sementara sosialis identik dengan karakter koleris yang ciri-cirinya banyak teman, pergaulan luas, ramai, cerewet dalam bergaul dan dicirikan dengan warna kuning. Dan apakah anda sadar atau tidak. IPB dikenal sebagai kampus biru karena almamater dan lambangnya memang menggunakan warna biru. Sementara UI dikenal sebagai kampus kuning karena almamater dan lambangnya memang menggunakan warna kuning. Sayapun sempat berpikir sejenak tentang hal ini. Tapi memang begitulah kenyataannya.

Dan satu hal yang terlintas dalam pikiran saya. Saya rasa andapun mungkin akan garuk-garuk kepala mendengar pernyataan saya. Mengenai warna biru IPB, ternyata Pak SBY yang notabenenya adalah jebolan Doktor Ekonomi Pertanian IPB menjadikan warna biru sebagai warna partainya (baca : Demokrat). Sementara banyak menteri yang berasal dari partai golkar dan PKS juga merupakan mantan mahasiswa UI.

Suasana Kampus

Bagian ini bukan bahasan tentang bagaimana ketika saya datang ke IPB maupun UI dan bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa di sana, saya tetap menjadi pusat perhatian. Hahahaha..(bukan narsis loh..Tapi believe or not, kenyataannya memang begitu…). Bukan itu yang ingin saya utarakan. Namun suasananya.

Suasana kampus pasti banyak mahasiswa dan banyak dosen. Ya pastilah..Dimana-mana kalau perguruan tinggi, apalagi yang ternama pasti mahasiswanya banyak dan dosennya banyak. Kalau membicarakan perpustakaannya yang canggih dan banyak buku-buku berbahasa asing juga sepertinya sudah biasa. Tapi yang ini lain dari yang lain. Sayapun kalau memikirkan ingin tertawa sendiri. Di samping itu juga saya mohon maaf jika judul sub bahasan “Suasana kampus” serasa kurang tepat. Soalnya saya bingung mau memberi judul apa.

Begini..Kalau saya datang ke UI saya bingung, khususnya kalau saya pergi ke fakultas ilmu komputer ataupun fakultas ekonomi, kenapa banyak sekali anjing yang berkeliaran. Apalagi aktifitas binatang ini kadang-kadang tidak enak dipandang mata. Saya sering bertanya kenapa kampus ternama seperti UI membiarkan binatang ini berkeliaran dengan bebas. Jumlahnya juga tidak sedikit tapi bergerombolan. Saya memang bukan orang yang pobia terhadap anjing, tapi terkadang selalu was-was kalau lewat dekat anjing karena siapa sangka mereka mengidap penyakit rabies dan kalau saja tiba-tiba mereka menggigit…tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam kebingungan itu saya masih sempat berpikir miring, jangan-jangan anjing-anjing ini adalah pasien rumah sakit hewan IPB yang nyasar atau tidak sempat diurusi karena rumah sakitnya penuh dengan kucing. Atau jangan-jangan selama ini mahasiswa fakultas kedokteran UI malah lebih mengurusi anjing dibanding manusia..Hehehe..Maaf ya kalau anda mahasiswa FKUI. Pizz…bro..

Suasana di IPB ternyata tidak kalah dahsyat. Saat ingin menulis kalimat ini saya berpikir “kenapa ya di IPB tidak ada rumah sakit jiwa? Pasti laku keras”.

“Anda bingung kan?”

Begini loh. Saya gak habis pikir kenapa ya di lingkungan sekitar kampus IPB Darmaga banyak sekali orang gila. Memang mereka tidak berada di dalam kampus karena pasti sudah ditangkap oleh satpam yang banyaknya tidak kepalang, tapi mereka berkeliaran siang dan malam di pusat keramaian mahasiswa(BARA, BATENG dan RADAR) sehingga mau tidak mau mengganggu kenyamanan. Apalagi kebanyakan dari mereka malah menggunakan pakaian topless, bottomless atau malah clothesless. Mohon maaf jika kata-kata saya terlalu vulgar. Saya sendiri bukan berniat menolak kehadiran mereka karena bagaimanapun juga mereka tetap manusia seperti kita. Yang saya sesalkan malah anggota keluarga yang begitu tega melepaskan anggota keluarganya begitu saja. Saya sangat miris sekali melihat ada dari mereka yang diusir bak binatang oleh penduduk, dilempari sampah, digoda oleh anak-anak kecil dan bahkan memakan sampah yang sudah membusuk di bak sampah. Sungguh miris. Saya pernah sangat terkejut ketika saya melewati sebuah toko yang sudah tutup sekitar jam 7 malam, ternyata ada orang gila di sana. Saat itu yang menjadi ketakutan saya bukan karena mereka memiliki bau tak sedap atau pakaian yang aneh, tapi saya takut mereka malah melukai saya menggunakan benda-benda berbahaya seperti kayu dan batu. Tapi untunglah hal itu tidak terjadi. Alhamdulillah..

Sekian rubrik IPB dan UI dari saya. Semoga bermanfaat dan kalau ada hal-hal yang menurut anda keliru, mohon anda memberi tahu saya dan kita bisa memperbaiki tulisan ini dengan tetap menjaga substansi dasarnya.

Terima kasih.

40 thoughts on “IPB dan UI

  1. haha, nice article!
    Tentang “suasana kampus ui”,, iya juga ya, saya baru sadar, di ui banyak anjingnya.. Di teknik zona untuk anjing dan kucing sudah jelas: antek (anjing teknik) di pos satpam, sedang kucingnya di kantek (kantin teknik). Makanya gak ada istilah kucing teknik, adanya kucing kantek.. 😀 (maaf, info yg tidak penting!!)

    regards!

    1. yupp..
      Its even beneficial information i think..

      Minimal para pembaca pada tahulah bahwa di kampus kita juga ada hal-hal lucu dan konyol..

      Selamat datang di kampus kita..IPB and UI

    2. Mbak mosyi…
      Saya kembali teringat dengan pernyataan anda di atas.
      Anda mengatakan bahwa antek berada di pos satpam. Berarti anjingnya berkeliaran di dalam pos satpam?Temenan ma satpamnya dong..?hehehe
      Kalo di IPB, pasti tu anjing sudah dideportasi ke RSH..hwehehehehe…

  2. hi…
    gw mhsw ipb nih.
    ngebaca artikel ini gw ketwa2 sendiri..
    ternyata ad juga yg mw berobservasi ke kmpus gw yg jauh dr keramaian ini…he…
    tp sbagian besar tulisannya bener koq, kita aj yg mhsw sini baru sadar…
    good

    1. Hi juga..
      Kampus terbaik ke-119 Asia ini [IPB] gak cuman kampus lw kali bos, kampus gw juga..(silahkan cek di http://www.topuniversities.com/worlduniversityrankings/asianuniversityrankings/asian_university_rankings_top_200_universities/ atau klik di sini)
      Makin cinta mati dah ama IPB..

      Meski agak jauh dari ibu kota, IPB dan sekitarnya kan lumayan rame dengan anak-anak brilliant..termasuk rame dengan orang gila..hihihihihi

      Observasi ini gw lakukan, disamping karena alasan-alasan di atas, juga karena adik,kakak dan sodara-sodara gw pada kuliah di UI. Jadi gampanglah buat mencari perbandingan.

      Tapi terus terang

  3. Untuk anjing2 di ui, itu beberapa emang sengaja dipelihara dan diurus oleh satpam2 fakultas. Mereka bantu menjaga keamanan di kampus. Jadi bukan anjing liar berabies..jinak2 kok…
    Trus, kepikiran ga sih?jangan2 itu orang-orang gila di sekitar ipb adalah buangan dari RSJ sekitar bogor…RSJ kepenuhan dan mereka udah ga mungkin ketampung lagi…kan daerah ipb rada hutan2an tuh, jadi sasaran area buangan itu?ga tahu sih…tapi RSJ Marzuki Mahdi udah jadi RSU kan?

  4. Kalo Sabtu di IPB ga cuma buat ngenet kok, ada juga yang masih kuliah, saya pernah mengalaminya, biasanya mata kuliah SC (supporting course). Kalo masalah orang gila, hahaha.. memang banyak dan saya juga kepikiran dengan kata2 mba Corie

    1. IPB memang selalu full dg aktivitas 7 hari seminggu.. Kegiatan kemahasiswaaan, juga kegiatan mahasiswa membuat tugas, belajar kelompok dan ngenet juga jadi pemandangan rutin. Tapi ini sungguh menyenangkan utk dilihat..

  5. Hai.. mau comment ni.. sebagai almamateri Ipb agak kurang setuju soal individualis yg jadi predikat ipb. faktor area dan struktur bangunan ipb memang seperti yg dikatakan diatas. tetapi saat pertama masuk ipb, mahasiswa wajib ikut asrama, adapun tingkat persiapan bersama yg menyatukan mahasiswa secara random. sehingga pada tahun pertama inilah sisi sosialisasi mahasiswa ipb lebih ditekankan. Dan jangan salah. pada tingkat ataspun dengan sistem mayor-minor membuat mahasiswa dari departemen gizi bisa ambil minor biologi. atau mahasiswa dari Dept Hasil Perikanan bisa ambil minor Teknologi Pangan. Disinilah kesempatan besar saling bertemu, sosialisasi, kerja kelompok, dan kegiatan lainnya. Urusan kerja lab biasanya lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhor yang sedang penelitian untuk menyelesaikan studi. Well, mungkin ini yang saya sampaikan. Ngomong2 yang nulis ini mahasiswa mana?

  6. Wah…analisis tentang IPB sangat tepat….individualis….bahkan di lapangan sanggup saling menyingkirkan sesama almamater. Dosen-dosen pun sudah lama berpendapat yang sama….miris

    1. Hehhhe.. Tapi itu paling hnya oknum. Overall anak ipb adalh anak anak terbaik indonesia yg pernah ada di masanya..

  7. Di jurusan saya dari awal masuk udah ngelab terus deeh…
    “Jarangnya bertemu dengan banyak mahasiswa lain membuat jiwa individualis tumbuh subur di IPB, disamping juga karena mahasiswa di IPB pada umumnya bekerja di laboratorium yang membuat mereka semakin terisolasi dari pergaulan sosial.”
    Hahahaha emang IPB paling dahsyat urusan ngelab dan bikin laporan sampe mabok. Individualis maksudnya kurang heboh apresiasinya pada kegiatan non-akademis gitu kali yah.
    dan baru sadar kalo jumlah orang ga waras di deket IPB dramaga emang banyak ditemui ya.
    Ini tulisan lama yah? bentar lagi ngga dusun2 amat kok di IPB, banyak mall sekarang di jalan baru. Mau dibangun apartemen juga di deket laladon (dan saya agak heran, buat siapa yah? :p)

    1. Iya knapa ya, skrg bnaak dibangun mal, apartemen, dll deket jalan baru..
      Hal paling masuk akal adalah karena udah kebukanya akses ke tol lewat jalan baru.
      Ini salah satu daya tarik orang buat ngambil rumah di bogor. Walaupun kerja di jakarta, tangerang atau bekasi, udah gak jadi masalah lagi. Tinggal masuk tol, gak sampe sejam nyampe deh di kntor …
      Siap siap aja harga tanah dan rumah di bogor bakal naik drastis..

  8. haha..
    Nice story
    Aku IPB jg nih. Ternyata menarik jg ya kampus kita. Aku sendiri sih blm pernah jalan ke UI, jadi nggak tau keadaan disana. Tapi emang, kata orang, faktor kedekatan kampus IPB dengan perkampungan masyarakat, bikin mahasiswa IPB lbh deket sama masyarakat lokal. Kata orang sih gitu..
    Liat aja di hari minggu, kampus IPB penuh sama warga yg lari pagi, jalan jalan, belanja di pasar kaget, seolah olah kampus bukan cuma punya mahasiswa.
    ada baiknya, tp bnyk jg buruknya..
    hehe..
    Mau ngomentarin masalah anggapan individualis nih. Aku jg ngakuin kalo beberapa mahasiswa IPB emang cenderung individualis. Tp kyknya itu bukan karena faktor gedung atau interaksi yg kurang dgn mahasiswa fakultas lain deh. Sebenernya kan anak IPB malah lebih sering interaksi antar fakultas, di TPB, di asrama juga. Univ lain kan kagak ada TPB, cuma IPB doank yg ada. Masa dimana anak Fahutan bisa kuliah sekelas bareng anak FEM. Atau anak FKH kuliah sekelas bareng anak FEMA. Setahun pula.
    Ditambah lagi setelah masuk fakultas, ada kuliah SC. Kuliahnya sama anak mayor dan fakultas lain donk.
    Mungkin ada faktor lain. Metode kuliah misalnya

    1. Setuju dengen pendapatmu bro. Ya mngkin itu analisa saya yng terlalu prematur mngenai tingkat individualis anak ipb. But overall, we do the great things …
      I say “we”, karena saya juga bangga mnjadi mahasiswa ipb.. Hehe

  9. Mungkin bisa ditambahkan unsur lainnya untuk diperbandingkan misal akses ke kampus, suasana lingkungan masyarakat sekitar kampus dan yang menarik hantu-hantu yang beredar di kampus (karena setiap kampus ada cerita hantu yang khas).

    1. Iyaa masukan yang bagus gan..
      Poin terakhir tuh yang paling menarik minat saya..
      Jadi ingat bgt pas temen ngenet di faperta sampe jam 2 malam, dia dikejutkan oleh sesuatu sosok yg mengerikan.. Ntar deh saya ulas cerita2 lainnya di kampus, termasuk di asramanya..

  10. Sy alumni IPB. Klo mngnai individualis d IPB ada bnrnya jg. Mnrt gw c krn IPB 75% mlalui jlr PMDK shngga bnyk budya yg brgam, tp hal trsbut mmng dmpknya k bnyknya minoritas yg mnybbkn adnya sift individual. Tp lmbt laun dr prbedaan yg siftnya minor trsbt bs nympur. Mngkn tptnya bkn individual ya, krna mngkn mrsa ada prbedaan bdya jd ada yg awlnya malu2/was2 gk bs dtrima dlm prgaulan. Klo mau liat anak baru psti individualnya krasa bgt, tp sukurlah kami ditemptkan di asrama pas baru masuk, dari situlah kami bisa saling mngnal dan berbaur. Gw pikr klo yg udh tingkt 2 ke ats msh individual palingan tuh mhsiswa mmng punya tnggung jwb yg ingin dikejar. Wajar donk walaupun kita nge genk tp punya prinsip k dpn kita mau apa stlh lulus… so hrs ngejar itu semua dg iklas wlaupun sndri “termasuk gw nih” hehehe….
    Mngenai ank IPB msh rame pd hari sbtu . … wajr gan…. ank ipb yg 75% ditrima lwt PMDK rata2 brasal dr luar jabodetabek… so dr pd pulang mndngn bljr ktnya bgtu… spy balik mudik bawa nilai bagus hehheee….
    Klo gw liat tmn gw yg di UI trmsk kk gw, mmng ank UI klihtnnya 75% ank jabodetabek… wjr mrka gk individual wong punya kebiasaan yg hmpr sama trutama dr bhsa pergaulan…so mrka mdh untk brgaul.

    1. Bener bgt..
      Ini sebenarnya kalau kata gw krena latar belakang asal daerah..
      Memang awalnya gw juga sempet bgung, knapa karakter anak UI sama IPB itu lmayan banyak perbedaan…setelah mendengar penjelasan mas bagus, memang ada benarnya juga.

      Anak anal daerah, meskipun bnyak bgt yg jenius, tp di awal masih terkesan malu malu, shingga muncul stigma individualis.meskipun di akhir masa studi dg perkembangan pergaulan lambat laun juga menjadi membaur dg komunitas secara keseluruhan.
      Berbeda dg anak anak UI.

      Dari selera merek utk kegiatan di luar aktifitas study, IPB dan UI itu bnyak berbeda.
      Anak anak IPB itu sangat tertarik dg hal hal yg berbau penelitian, gak salah kalau tiap ada Pekan Ilmiah Nasional, IPB selalu menyabut posisi juara.

      Berbeda dg ank UI. Mereka kurang berminat utk hal yg berbau penelitian. Mereka rata rata menyukai kegiatan kegiatan berbau festival.

  11. Pengen tau kenapa di ipb anjing yang berkeliarannya sedikit? karena anjing-anjing yang berada di sekitar kampus biasanya habis di culik mahasiswa FKH buat praktek….hehehe

  12. sedikit salah kalo menyebut ipb individualis, karena kita yang basicnya anak lapang selalu memiliki solidaritas tinggi.
    hahaha orang gila di ipb itu terkenal banget, kalo aja sempet ngeliat dan memperhatikan, semua anak ipb dan warga sekitar kenal dan tidak takut. namanya ENDAH, dan jangan salah. makanan dia sama dengan orang biasa, tinggal minta sama pedagang makanan pasti dikasih makan. sebagai cewek pada umumnya dia sangat suka sama pria ganteng, hahahahaha
    dia itu ibarat mahasiswa abadinya IPB tapi denger2 kemaren dia uda wisuda, sempet nemu foto wisudanya yg dishare2

    1. Hahahahha…
      Ah yang bener?
      Saya juga sempat kenal dengan yg namanya Endah.
      Yang bener dia udah diwisuda? Siapa yg mewisuda dan dimana?

  13. BORO-BORO HARI SABTU!!!!! malah hari minggu dan hari libur nasional lainnya, gw kudu ngelab bareng temen2, belum kudu ke lapangan juga, di lab kadang ampe jam satu malem, malah di lapangan 24 jam nonstop, justru disana gw menemukan sobat2 sejati, ampe lulus buat gawe trus nyari beasiswa S2 pun gw dapet dari temen gw, karena senasib dan sepenanggungan, jadi untuk lingkungan gw, gw ga setuju disebut individualis, belum lagi kalo ada acara kampus ngelembur ampe malem tuh kita semua, malah kita ga jarang loh sebagai seksi dekorasi tidur di gedung yang kita sewa, dulu, sekarang kayaknya dah ga boleh kali ya?, terus yang memepersatukan kita adalah tugas2 laporan yang sebenernya sih tugas individu, cuma terlalu banyak mata kuliah dan acak-acakan kelompok, jadi tugas individu pun kebentur2 sama tugas kelompok, belum lagi tugas kelompoknya beda2, dari pada bingung2 mending satuinsemua ngelantai nyari colokan buat ngeleptop, tapi seru loh di IPB, kalo untuk individualis jutru di tempat gw beberapa doang, soalnya, contoh nyari mata kuliah minor atau SC, kita ramean, meski kadang ga nyambung sama mayor kita, yang penting menuh2in SKS wakakakakakak, terus PKM!!!! meski kelompok gw ga pernah lolos, ASLI itu perpus LSI udah kayak punya kita aja, gilaaaaaaaa, tumplek blek dah, belum lagi kalo acara2 di GWW atao Gym, RAME BANGED, jadi gw ga setuju kalo disebut individualis,
    dan pastinya dekan sama kadept enak buat dideketin, trus kadang kita ke tempat dosen cuma buat ngikut makan masakan siang dosen wakakakakkaka, soalnya kalo denger temen yang kuliah di suatu perguruan tinggi kayaknya minta tanda tangan aja susah, kalo kita ya kalo dosennya ga sibuk dan kebetulan ketemu tinggal ok-ok waktunya dan tanda tangan, g dibikin ribet, cinta banget gw ama IPB
    pastinya senior dan junior gw juga full smile, tapi nggak tahu kalo sekarang, katanya sih kalo sekarang rada2 beda anak IPB nya,
    IPB itu identik dengan jalan kaki, makanya sering diplesetin Institut Perbesaran betis, apalagi minggu pagi, lari di lapangan sepak bola belakang gym, atau keliling IPB, abis itu, ke pasar kaget dah, ga bikin kaget sih, cuma sumpek sama panas doang, hahahahhahaha
    dan pastinya babnyak yang dapet cinta sejati di IPB

    1. Denger penjelasan agan, juga bnyak bnget benernya.
      Banyak hal indah dan mempersatukan kita sebagai mahasiswa, baiklah jadi kata2 individualis menjadi tidak tepat lagi ya.
      Sipp.. Kita ganti menjadi, individualis tetap ada namun rasa kebersamaan di dalam hati setiap mahasiswa telah mengalahkan sikap individualis itu sendiri.
      Hehehhe…

      I Love IPB

  14. wuah ramai juga nih pembahasan mengenai UI dan IPB dilihat dari berbagai perspektif.. pernyataan di atas ada benarnya dan mungkin ada juga ketidakbenarannya.. dan itu sudah dijelaskan sama teman2 di atas sebelumnya.. sedikit tambahan penjelasan dari saya:
    ### IPB bersifat (tidak) individualis
    Mahasiswa IPB datang dari beragam suku dan budaya, mulai dari Aceh sampai Papua, sehingga mereka pun akan beradaptasi di lingkungan baru.. Nah perbedaan IPB dan UI terletak pada asrama dimana mahasiswa baru diwajibkan mengikuti TPB (Tingkat Persiapan Bersama).. Disinilah kekuatan dan perbedaan yang ada.. Adanya asrama mampu untuk melebur semua perbedaan yang datang dari ragamnya suku dan budaya dari mahasiswa yang ada.. Selain itu, ketika masa TPB banyak jurusan2 lain seperti Matematika yang sedang ada kuliah Biologi Dasar ikut bersama mahasiswa dari jurusan Biologi, Kedokteran Hewan, dan mahasiswa jurusan lainnya yang kebetulan juga mengambil mata kuliah Biologi Dasar tersebut.. Dan masih banyak contoh lainnya..
    Namun.. ya balik lagi ke individu masing2 sih.. Ada mahasiswa yang ketika kuliah lebih suka introvert (menyendiri) dan ada juga mahasiswa yang lebih suka ekstrovert (berbaur ke luar).. Mahasiswa2 IPB yang introvert cenderung menjadi kutu buku ketika kuliah, sehingga jiwa individualis akan kental di dalam dirinya, dan juga mahasiswa ini biasanya “dewa” untuk teman2nya yang mengalami kesulitan dalam perkuliahan..
    Nah perbedaan yang menarik itu sebenarnya bukan dari sisi individualis atau sosialis… Ketika saya menginterview adik2 kelas yang baru lulus kuliah (fresh graduate) yang ingin bekerja di kantor saya, saya menemukan fenomena yang menarik di antara dua lulusan ini… lulusan IPB karakternya lebih cenderung ke rendah hati, nerima, dan mau untuk bekerja keras (setelah diterima kerja), sedangkan lulusan UI lebih cenderung “sombong”, tidak nerima, dan tidak mau bekerja keras.. Maaf nih bukan untuk provokatif, namun hal ini terjadi ketika saya menginterview di kantor saya.. mungkin di tempat lain tidak begitu..
    Mengapa dikatakan IPB lebih ke rendah hati, nerima, dan mau untuk bekerja keras.. Umumnya mereka ketika interview kerja dan ditawarkan gaji sekian “X” rupiah akan menerima tawaran kerja tersebut dan berusaha sebaik mungkin dalam pekerjaannya.. Mulai dari hadir awal waktu sampai pada pembuatan dan penyajian laporan.. Bedanya dengan lulusan UI, mereka ketika ditawarkan gaji sekian “X” rupiah pasti langsung minta nego untuk harga tinggi, serta mereka cenderung hadir tepat waktu.. Tepat waktu dengan awal waktu ada sedikit perbedaan, misalnya jam kerja mulai jam 8 pagi, lulusan IPB biasanya jam 7.30 sudah masuk… sedangkan lulusan UI mentok2nya jam 8 teng baru masuk..
    Banyak memang perbedaan yang dapat diulas untuk karakter maupun sifat dari kedua mahasiswa IPB dan UI ini.. untuk kali ini cukup sampai di sini dulu… Nanti di sambung lagi..
    Oia, kebetulan saya lulusan IPB tahun 2003… Salam kenal buat semuanya..

  15. Wow, belom pernah ke IPB jadi gatau suasananya begitu, paling ke bogor liatnya pascasarjana IPB yg pas dipinggiran jalan besar.. (y)
    itu juga cuma plangnya doang, hehehe..

    berhubung anak UI jadi mau koreksi dikit, hehe
    Jaman dulu kuliah jumat sering sengaja stay di kosan biar bisa ngenet di kampus sabtunya..
    mungkin ga semua tempat rame, paling rame di teknik kalo sabtu, colokannya banyak soalnya.. dan deket sama kosan pastinya.
    trus sekarang” ini UI layaknya tempat wisata untuk penduduk sekitar, sabtu/minggu pagi biasanya di beberapa lokasi dipenuhi warga yg olah raga, badminton, lari pagi, atau anak muda yg sekedar gaya, hahahaha

    trus soal sosialisasi saya merasanya sama antara UI dan iPB, ada yg introvert dan ekstrovert tergantung seberapa “liar” seseorang berani mengeksplor dirinya ke dunia luar. 😀

    trus trus yg paling risih di UI emang banyaknya anjing sih, kadang ngeri kalo jalan tiba” muncul anjing.. >. <

    seru nih kalo ditambahin cerita" mistis di UI dan IPB, hahaha

    1. Iya juga kata mbak tuti, introvert san extrovert sih pasti ada di manapun termasuk di kedua universitas ini.. Ya dong, ntar say tambahin pebahasan tentang horor dan cerita mistis di IPB. Buat rekan rekan yang di IPB atau yang di UI yang tahi tentang cerita mistis seputar kampus, boleh di share di sini juga dong biar bisa kita bahas.
      Ntar semua carita langsung saya gabungkan ke badan artikel

  16. Weeww weewww… =D Ada benernya juga nih .. Tapi ada yang mw tambahin dikitt, hehe
    Saya anak Kimia IPB. Hari Sabtu gw kuliah sama praktikum gan, seminggu itu kayak gak pernah ada liburan deh. Hari Minggu pun kerjaannya belajar buat kuis sama praktikum dan nyelesaiin laporan. IPB kece amatlaah bikin mahasiswa jadi sibukk amatt. Itu faktanya gan 🙂
    Truss, tentang asramanya disinggung jugalah gan 🙂 Jika lagi di luar asrama, lewat jam 9 pm itu hatinya udah di asrama coyy. Balik ke asrama bakal lari-lari itu pastiii, haha =D Anak asrama juga takut JAMAL Coyy

Leave a reply to Rezky Cancel reply